Rabu, 20 Januari 2010

teknik rehabilitasi bagunan dan jaringan irigasi

BAB. I
Kriteria Umum dan Prosedur Perencanaan

Jaringan Irigasi adalah suatu sistem hidrolis dari saluran pembawa dan bangunan-bangunan kontrolnya untuk membawa air dari sumbernya dan mendistribusikannya sampai ke perak sawah terkecil. Sedangkan jaringan drainase merupakan sistem hidrolis dari saluran dan bangunan-bangunan pelengkapnya untuk membuang kelebihan air kembali ke sungai (Hofwegen,1992).


Pokok-pokok Pembahasan :

Kriteria Umum
Pendahuluan
Saluran
Bangunan
Prosedur Perencanaan
Standar Perencanaan Irigasi
Dinas PU Pengairan Jawa Barat

Kriteria Umum.

Pendahuluan.
Tujuan pembangunan jaringan irigasi, pada dasarnya adalah untuk menjamin pemberian air yang cukup terhadap tanaman agar berproduksi secara optimum. Dengan demikian sasaran pemberian air adalah lapisan tanah di daerah zona akar. Di Indonesia dimana curah hujan tahunan cukup tinggi, pemberian air dari irigasi hanya dimaksudkan sebagai tambahan apabila curah hujan tidak mencukupi.
Oleh karena itu dua hal pokok yang perlu diperhatikan dalam operasional jaringan irigasi adalah waktu/jadwal pemberian air dan jumlah pemberian air.
Saluran.
Saluran dalam suatu jaringan irigasi, sesuai fungsinya terdiri dari dua jenis yaitu saluran pembawa dan saluran pembuang. Saluran pembawa berfungsi membawa air dari sumbernya, seperti sungai atau waduk, untuk didistribusikan ke sawah-sawah, dan saluran pembuang bergfungsi untuk membuang kelebihan air kembali ke sungai.
Prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam perencanaan saluran terutama adalah, kapasitas rencana dan elevasi muka air. Kapasitas rencana seyogyanya harus dapat memenuhi kebutuhan air maksimum (maximum water demand), yang pada umumnya akan tergantung dari : (USBR, 1974)
• Luas areal irigasi yang akan dilayani,
• Jenis tanaman, seperti padi atau tanaman palawija,
• Sistem dan metoda pemberian air, seperti continues flow, atau intermitten,
• Efisiensi penggunaan air oleh tanaman, dan Kehilangan air akibat evaporasi, seepage dan kehilangan saat operasi (operational losses).
Sebagai tambahan dari keperluan air untuk irigasi, saluran dapat pula direncana untuk memenuhi kebutuhan air lainnya seperti untuk air minum, industri, perikanan, penggelontoran kota dan parawisata. Khusus untuk perhitungan kebutuhan air irigasi, data aktual mengenai penggunaan air oleh tanaman dari daerah yang serupa dengan daerah yang direncana akan sangat bermanfaat untuk bahan perbandingan.
Muka air rencana disetiap bangunan pengambilan harus ditetapkan sedemikian sehingga sedapat mungkin mengairi seluruh areal pertanian secara gravitasi. Rencana trase saluran sehubungan dengan areal yang akan diairi terutama akan tergantung dari kondisi topografi dengan mempertimbangkan kondisi sosial lingkungan dan ekonomi.
Saluran tertutup dan atau terowongan perlu dipertimbangkan apabila secara teknis dan ekonomis lebih menguntungkan daripada membuat saluran :
• Melingkar mengikuti kontur sepanjang lereng bukit,
• Memotong bukit dengan galian yang dalam,
• Memompa air untuk menyeberang bukit.
Saluran tertutup terutama direncana pada daerah tebing yang mudah longsor, terutama longsoran dari bagian atas saluran. Untuk saluran diatas timbunan, didaerah porus atau yang melewati perkampungan, perlu direncana dengan saluran pasangan.
Secara teknis saluran irigasi harus aman terhadap bahaya overtopping, sliding dan piping, serta erosi/sedimentasi.

Bangunan.
Pada metoda irigasi genangan, bangunan hidrolis yang diperlukan pada dapat dikelompokan dalam 5 (lima) jenis bangunan yaitu :
• Bangunan Pengambilan (Intake Structure)
• Bangunan Pembawa (Conveyance Structures)
• Bangunan Pengukur Debit (Measurement Structures)
• Bangunan Pengatur (Regulating Structures)
• Bangunan Pelindung (Protective Structures).
Bangunan pengambilan berfungsi untuk mengambil air dari sumbernya (sungai atau waduk) agar dapat dialirkan ke saluran induk, sekaligus mengontrol besarnya debit. Bangunan pengambilan sering harus dilengkapi dengan bangunan pengendali sedimen dan bangunan pemecah energi.
Bangunan Pembawa : Sehubungan dengan kondisi topografi, selain daripada saluran, untuk membawa air dari hulu sampai ke hilir diperlukan bangunan-bangunan pembawa, seperti gorong-gorong jalan, sipon, talang, got miring dan bangunan terjun. Untuk saluran yang melewati tebing yang curam, dapat pula direncanakan dengan menggunakan flume dari konstruksi beton.
Bangunan Pengatur : Ada dua jenis bangunan pengatur yaitu bangunan pengatur debit dan bangunan pengatur muka air (Ankum, 1995). Bangunan Bagi/Sadap merupakan bangunan pengatur debit. Bangunan lainnya seperti jenis pintu dan jenis ambang, dalam operasionalnya, kecuali dalam hal ketelitian, sulit untuk dibedakan apakah sebagai pengatur muka air atau sebagai pengatur debit, karena pada prinsipnya secara hidrolis ada hubungan antara elevasi muka air dengan debit aliran. Bangunan pengatur tersebut dapat dioperasikan baik untuk mengatur muka air ataupun untuk mengatur debit. Oleh karena itu dalam pemilihan tipe bangunan pengatur perlu diperhatikan mengenai ketelitian dan kemudahan operasionalnya.
Bangunan Pengukur Debit : Untuk pengelolaan yang efektif dan efisien jaringan irigasi perlu dilengkapi dengan bangunan pengukur debit. Pemerataan distribusi air sesuai keperluan sangat diharapkan oleh pemakai air (users). Beberapa tipe dari bangunan ukur debit, telah banyak digunakan dalam jaringan irigasi.
Secara hidrolis ada dua tipe bangunan ukur, yaitu tipe overflow dan tipe orifice. Kedua-duanya punya kelebihan dan kekurangan, baik dari s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar